La Vita e Bella
Hidup itu memang indah. Kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi, namun jangan harap semua prediksi anda benar semua. Kalau dipikir-pikir, hidup itu seperti permainan, adakalanya kita gagal atau menang. Bagi saya, hidup itu seperti blessing in disguise. Kadang kita dihadapkan dengan pilihan dan jalan yang tidak diinginkan, namun siapa yang sangka kalau jalan ‘beda’ itu memberi kita banyak pelajaran. Sewaktu lulus sekolah menengah, saya diterima di dua perguruan tinggi dengan jurusan yang sangat bertolak –belakang, jurusan akuntasi di universitas swasta dan jurusan sastra Prancis di universitas negeri. Entah apa yang terjadi di dalam diri saya, saya memiliki firasat kuat pada jurusan sastra hingga pilihan saya jatuh pada jurusan tersebut. Alasannya adalah, pertama saya suka sekali membaca buku sastra dan novel, kedua saya merasa belajar di universitas negeri akan membuka peluang saya untuk belajar dari dosen-dosen yang terbaik. Ternyata prediksi saya memang benar, masa-masa kuliah saya benar-benar terberkati.
Sayangnya, firasat kuat saya tidak muncul kedua kalinya saat saya hendak menandatangi ikatan dinas dengan sebuah bank swasta untuk posisi personal banker. Karena saya mengikuti development program, ikatan dinas adalah hal wajib untuk development program sebagai harga pelatihan yang saya ikuti 2 minggu lamanya. Saya tidak berpikir panjang memilih pekerjaan ini karena takut menganggur lebih lama. Kata bapak saya, belajar hal-hal yang baru bisa memperkaya kemampuan, jadi saya setujui kontrak kerja itu. Selain itu, perusahaan tersebut memberikan fasilitas kesehatan yang bagus dan tentunya gaji yang lumayan untuk seorang fresh graduate.
Saya ditempatkan di kota tempat saya tinggal. Selama ini, saya sekolah, kursus, dan beraktivitas di kota seberang jadi saya kurang tahu banyak tentang Tangerang. Padahal, pekerjaan ini menuntut saya tahu banyak dan mengeksplor potensi beberapa wilayah dari kota ini. Seiring berjalannya waktu, pekerjaan ini mempertemukan saya dengan orang-orang dari berbagai profesi, dari ahli fengshui, pemilik usaha warnet online game, pemilik tambang batu bara di Kalimantan, kokoh dan cici toko-toko bangunan, Pak Haji pemilik sekolah islam di Karawaci yang dulunya tuan tanah di perumahan di Tangerang yang menamakan dirinya sebagai ‘city’, pengelola-pengelola pabrik asal Myanmar dan India, rentenir pasar, sampai buruh pabrik. Tentunya, mereka memiliki kisah yang berbeda di setiap pertemuan kami. Tak pelak, mereka menceritakan kisah hidupnya dengan saya, kadang lucu, pedih, bahkan menginspirasi. Namun, jangan pikir semua yang saya kunjungi menyambut baik kedatangan saya. Terkadang saya menerima sindiran halus sampai ayunan tangan mengusir diikuti dengan ucapan “sana, sana, pergi..”
Saya sangat terkejut ketika menemukan salah satu buruh pabrik yang meminta saya menandatangani formulir pengajuan rekening tabungan gaji ketika saya mengarahkan dirinya tanda tangan di formulir tersebut. Sayangnya, bukan satu orang saja yang meminta hal tersebut, tapi juga beberapa dari mereka. Sedih sekali melihat bahwa ada sebagian orang yang tidak lancar tanda tangan, padahal di mata hukum tanda tangan sangatlah penting untuk menentukan sahih dan tidaknya suatu dokumen. Ini adalah salah satu bukti kurang meratanya pendidikan di negara kita.
Semua yang telah saya jalani selama bekerja sebagai marketing bank tentunya blessing in disguise buat saya. Walaupun awalnya ragu-ragu memutuskan, tak disangka justru 8 bulan saya dioenuhi dengan hal-hal yang baru. Tak peduli pahit, manis, dan asam yang saya rasakan, hanya satu kalimat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan saya: terima kasih, Tuhan! :)